Senin, 16 April 2012

Jazzing Java Sesarengan (2011)


Daftar Lagu:

Kenny & Mr. Dance - Menthok-Menthok
Danny Bass Project - O A E Kerthi Buana
Chik Yen - Yen Ing Tawang Ono Lintang
Erwin Zubiyan Quintet - Cublak-cublak
SuwengJay & the Bangers – Lindri
Yovia Project - Gambang Suling Muchi Choir - Lesung Jumengglung



Ini merupakan album kedua yang diproduksi KJY. Album pertama yang dinamai Jazz Basuki Mawa Beya muncul saat Ngayogjazz 2009. O ya, Ngayogjazz tahun 2010, yang mestinya digelar pada bulan November dibatalkan karena peristiwa letusan Merapi, dan akhirnya baru bisa dilaksanakan akhir pekan lalu itu.
“Sesarengan” (bahasa Jawa) berarti bersama-sama atau kebersamaan dalam Bahasa Indonesia. Judul album tersebut memang mencerminkan semangat yang sudah mentradisi di kalangan orang-orang Ngayogyakarta, tentunya juga termasuk dalam menerbitkan CD jazz ini.
Yang menarik lagi, komposisi-komposisi yang disodorkan diambil dari sejumlah tembang Jawa, seperti Lesung Jumengglung, Cublak-cublak Suweng, Yen Ing Tawang Ono Lintang, dan sebagainya. Tentu saja tembang-tembang itu tidak dimainkan sebagaimana aslinya.
Rekan-rekan dari KJY mencoba menariknya dalam ranah jazz. Karena sifat jazz yang sangat terbuka, mereka pun mengolahnya dengan leluasa, dengan daya kreasi dan interpretasi masing-masing terhadap setiap tembang. Makanya, berbagai corak jazz bisa kita temukan dalam album yang berisi tujuh komposisi ini.
Pada Lesung Jumengglung, misalnya, corak swing mengawali komposisi, yang kemudian disusul dengan warna latin. Di tengah-tengah itu muncul warna-warna yang lebih etnik. Semua itu diolah sedemikian rupa sehingga muncul nada-nada yang enak dinikmati sambil menggoyang-goyangkan kaki. Goyangin badan juga boleh sih!
Kalau Anda suka atmosfer yang lebih mainstream, mungkin permainan Cublak-cublak Suweng bisa memuaskan selera. Lantaran para pemainnya tergolong muda, musik yang tercipta pun menjadi beraroma modern.
Lima lagu lainnya (Gambang Suling, OAE-Kerthi Buana, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Menthok-menthok dan Lindri) sudah pasti punya corak yang berbeda satu sama lain. Nggak ada “rasa” yang sama dari ketujuh komposisi yang disuguhkan. Setiap tembang diinterpretasikan secara berbeda, dan unik.
Saya kira tembang-tembang Jawa itu bakal bisa dinikmati oleh kalangan yang lebih luas – bukan hanya oleh orang Jawa saja. Ya, karena tembang-tembang tersebut telah “diterjemahkan” dalam bahasa musik yang lebih universal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar